TOP-LEFT ADS

Ketika Syekh Abdul Qadir Jailani Berbicara Tentang Bid’ah

Foto: Ilustrasi
(Harianpublik.com) - Bid’ah adalah mengadakan sesuatu yang baru dalam urusan agama tanpa ada dalil atau contoh dari nabi dan para sahabatnya. Setiap bid’ah pasti berujung kepada kesesatan. Baik itu menambah-nambah syariat atau menguranginya setelah Allah sempurnakan syariat-Nya dalam aqur’an dan as-sunnah. Karena itu, bid’ah merupakan perbuatan yang dibenci dalam Islam. Para ulama telah mengingatkan bahaya perbuatan tersebut dalam karya-karya mereka. Salah satunya adalah Syekh Abdul Qodir Jailani.
  • Like & ikuti halaman kami di Facebook
  • Follow kami di Twitter 
  • Join di channel Telegram kami
Walaupun nama beliau sering menjadi icon yang banyak diikuti oleh kelompok tasawuf, namun ternyata ada banyak sisi-sisi lain, terutama dalam hal keyakinan beliau yang sering dilewatkan. Dalam perkara bid’ah salah satunya, Syekh Abdul Qadir Jailani senantiasa memperingatkan terhadap bid’ah-bid’ah dalam agama sekaligus menasihatkan agar senantiasa mengikuti sunah. Beliau menghubungkan nasihat-nasihatnya itu dengan tauhid dan pentingnya menjauhi kesyirikan.

Beliau berkata, “Ikutilah sunah dan jangan berbuat bid’ah. Taatilah Allah dan jangan melanggar larangan-larangan-Nya. Beribadahlah hanya kepada Allah dan jangan berbuat syirik.”

Beliau berujar di kesempatan lain, “Ikutilah sunah dan jangan berbuat bid’ah. Beribadahlah sesuai sunah dan jangan menyelisihinya. Taatilah dan jangan menentang, Beribadahlah hanya kepada Allah dan jangan berbuat syirik.” (Al-Fath Ar-Rabbani, Al-Jailani, nasihat ke-47, hal: 151)

Beliau menjabarkan bahwa asas-asas kebaikan adalah hanya dengan mengikuti sunah Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam. Beliau mengatakan, “Asas-asas kebaikan hanyalah dengan mengikuti sunah Nabi n, baik perkataannya maupun perbuatannya.” (Al-Ghaniyyah, Al-Jailani, 1/79)

BACA JUGA Ketika Taat Kepada Penguasa Mengundang Petaka

Selanjutnya, beliau menerangkan bahwa sesuatu yang paling utama bagi seorang mukmin yang berakal adalah mengikuti sunah. Beliau menuturkan, “Hal terpenting bagi seorang mukmin yang berakal lagi cerdas ialah agar mengikuti sunah dan tidak berbuat bid’ah; tidak mempersempit, mempersulit, apalagi memberat-beratkan diri, karena hal itu akan membuatnya tersesat, hancur, dan binasa.” (HR. Muslim No. 1718)

Ahlussunnah wal Jamaah mencela perbuatan bid’ah dan menentangnya. Mereka berhujah dengan banyak dalil, baik dari AL-Qur’an maupun As-Sunnah. Allah Ta’ala berfirman:

فَلْيَحْذَرِ الَّذِينَ يُخَالِفُونَ عَنْ أَمْرِهِ أَنْتُصِيبَهُمْ فِتْنَةٌ أَوْ يُصِيبَهُمْ عَذَابٌأَلِيمٌ

“…Maka hendaklah orang-orang yang menyalahi perintah-Nya takut akan ditimpa cobaan atau ditimpa azab yang pedih.” (An-Nur: 63)

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

مَنْ عَمِلَ عَمَلاً لَيْسَعَلَيْهِ أَمْرُنَا فَهُوَ رَدٌّ

“Barangsiapa mengamalkan suatu amalan yang tidak ada dasarnya dari kami, maka ia tertolak.” (HR. Muslim No. 54)

Selain itu, Syekh Abdul Qadir Jailani juga menuturkan, “Wajib bagi seorang mukmin untuk mengikuti sunah dan jamaah. Sunah adalah apa-apa yang ditetapkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, sedangkan jamaah adalah apa saja yang disepakati oleh para shahabat pada masa Khulafa’ Ar-Rasyidin.”

Kemudian, setelah beliau menyampaikan definisi Ahlussunnah wal Jamaah, beliau mengingatkan berkenaan dengan ahli bid’ah, beliau menuturkan, “Janganlah kalian bergaul dengan ahli bid’ah, jangan mendekati mereka, dan jangan memberi salam kepada mereka. Sebab, Imam Ahmad telah mengatakan, ‘Barangsiapa mengucapkan salam kepada ahli bid’ah, maka sungguh ia telah mencintainya, karena Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, ‘Sebarkanlah salam di antara kalian, niscaya kalian akan saling mencintai.’ (Al-Ghaniyyah, 1/80; Asy-Syaikh Abdul Qadir Al-Jailani, hal: 431)

Janganlah kalian bermajelis dengan mereka, jangan dekat-dekat dengan mereka, jangan mengucapkan selamat ketika hari raya maupun waktu-waktu bahagia kepada mereka, jangan menshalati mereka jika mereka mati, jangan hormati mereka ketika kalian menyebut tentang mereka, tapi jelaskan kepada mereka (kebidahan mereka), dan musuhi mereka karena Allah dengan mengharap pahala, ganjaran, dan balasan yang banyak dari hal tersebut. (Al-Ghaniyyah, 1/80; Asy-Syaikh Abdul Qadir Al-Jailani, hal: 432)

Beliau mengatakan, “Ketahuilah, bahwa ahli bid’ah memilki ciri-ciri yang mereka dikenali melalui ciri-ciri tersebut. Ciri-ciri mereka adalah sebutan-sebutan mereka terhadap ahlul atsar (Ahlus Sunnah). Kaum Zindik menamai ahlul atsar dengan sebutan Al-Hasyusyiyah; kaum Qadariyah menyebut  ahlul atsar dengan Mujbirah (Jabbariyah); kaum Jahmiyah menjuluki Ahlus Sunnah dengan Musyabbihah; dan kaum Rafidhah menyebut ahlul atsar dengan Nashibah. Semua itu hanyalah fanatisme dan kebencian mereka kepada Ahlus Sunnah.

Tidak ada panggilan bagi Ahlus Sunnah kecuali hanya satu panggilan, yaitu Ashhabul Hadits. Tidak akan melekat terhadap Ahlus Sunnah apa pun yang digelarkan oleh ahli bid’ah atas mereka, sebagaimana tidak melekatnya terhadap Nabi napa-apa yang disematkan oleh kaum kafir Mekah berupa penyihir, penyair, orang gila, pembuat fitnah, dan dukun. Tidak ada julukan bagi Rasulullah di sisi Allah, para malaikat, manusia, jin,  dan seluruh makhluk melainkan hanya satu nama, yaitu Nabi dan Rasul yang terlepas dari celaan-celaan itu seluruhnya.” (Asy-Syaikh Abdul Qadir Al-Jailani, hal: 477)

BACA JUGA Hitam Pada Dahi Bekas Sujud Sebaiknya Dihindari

Demikianlah di antara pemikiran Syekh Abdul Qadir Jailani yang jarang diketahui oleh sebagian besar kelompok yang mengakui pengikut beliau. Bagi beliau bid’ah merupakan jalan yang tercela yang harus dihindari oleh seriap muslim. Apa pun itu, jika memang berkenaan dengan ajaran islam dan tidak ada dalil yang menjelaskannya atau contoh yang diajarkan nabi maka perbuatan itu tertolak tidak diterima di sisi Allah ta’ala. Wallahu ‘alam bis shawab!

***
Penulis : Fakhruddin
Diringkas dari buku Biografi Imam Al-Ghazali dan Syekh Abdul Qadir Jailani, Karya Ali Muhammad Ash-Shallabi, Penerbit Beirut Publishing, Jakarta Timur
Sumber: Kiblat.net




Sumber : Harian Publik - Ketika Syekh Abdul Qadir Jailani Berbicara Tentang Bid’ah

Related Posts :

0 Response to "Ketika Syekh Abdul Qadir Jailani Berbicara Tentang Bid’ah"

Posting Komentar