TOP-LEFT ADS

Rindu Kami Pada Pemimpin yang Suka 'Blusukan'

(Harianpublik.com) - Betapa senang hati rakyat jika sang pemimpin suka menyambanginya. Apalagi dalam kondisi sakit dan memberi jalan keluar. Dari hidup susah hingga tumpukan masalah-pun sementara akan dilupakan begitu sang pemimpin ada dekat diri. Perasaan demikian mungkin yang sedang dirasakan sebagian rakyat Banyuwangi setelah  bupati  Abdullah Azwar Anas melakukan keliling mengunjungi rakyatnya yang sakit. Bupati yang pernah berkomitmen untuk memberikan hadiah bagi pesapon (tukang sapu) dengan memberikan seluruh gajinya selama satu tahun bagi pesapon yang dibanggakannya, setelah Kabupaten Banyuwangi meraih piala Adipura Anugerah Tata Wahana lingkungan.
  • Like & ikuti halaman kami di Facebook
  • Follow kami di Twitter 
  • Join di channel Telegram kami
Kunjungan keliling bupati Azwar menjadi menarik jika dihubungkan dengan pesta Pilgub Jatim 2018, karena beliau termasuk satu dari empat tokoh  NU yang menurut  analisa CEO The Initiative Institute, Airlangga Pribadi  mendapat sentimen opinion leader and tone atas setiap pemberitaan media massa.” "Opinion leader hasil temuan kami, memunculkan empat nama yang paling dominan. Persentasinya, Gus Ipul mencapai 33 persen, Khofifah 15 persen, Risma 32 persen, dan Anas 11 persen," ungkapnya. Merdeka.com, 02,maret 17. Meski bupati Azwar pernah mengatatakan "Saya fokus sajalah di Banyuwangi, banyak pekerjaan belum selesai. Di Banyuwangi dan di manapun sama saja, sama-sama mencoba berbuat sesuatu yang bermanfaat bagi warga," ujarnya ketika dikonfirmasi seputar kemungkinan ikut meramaikan pilgub Jatim. Terlepas ada tidaknya hubungan kunjungan keliling beliau dengan Pilgub 2018, bagaimanakah interaksi pemimpin dengan rakyatnya?

Blusukan Seharusnya Tanpa Pencitraan

Blusukan, kunjungan kerja atau  ‘incognito’(penyamaran mengunjungi wilayah, istilah yang dipakai di zaman Suharto-Sukarno ) adalah hal biasa dan seharusnya menjadi agenda rutin pemimpin dalam rangka melayani rakyat. Sayangnya dalam sistem demokrasi hal tersebut terkadang beralih fungsi dan waktunya-pun menjadi pertimbangan tersendiri. Bagi petahana yang ingin menjabat kembali, maka ‘incognito’ biasanya dilakukan beberapa tahun sebelum pesta dilaksanakan. ‘incognito’ adalah salah satu cara untuk mengenalkan diri calon pemimpin. Demokrasi meniscayakan untuk bisa menjadi pemimpin syarat utama  adalah  harus terkenal-popular. Mana mungkin akan dapat suara maksimal jika rakyat tidak mengenalnya.

Untuk bisa terkenal maka harus pandai dan sering meng-iklankan diri. Resikonya modal harus besar. Dari sinilah borok demokrasi tampak dan  rakyat mulai sadar serta menarik kesimpulan, bahwa tujuan utama pemimpin menjabat bukan murni  urusan rakyat yang menjadi prioritas utamanya, Sebab mana mungkin mereka rela mengeluarkan modal besar yang tidak sebanding dengan gaji yang diterimanya selama menjabat 5 tahun. Menjadi  pemimpin dalam sistem kapitalis sangat menjanjikan segalanya,  Dengan jabatan tersebut mudah untuk memenuhi tuntutan keinginan hidup, mulai kepopuleran, penghormatan , kedudukan atau status sosial yang tinggi, bahkan bisa untuk menyombongkan diri, memerintah dan menguasai kekayaan, kemewahan serta kemegahan. Inilah yang menjadi magnet utama seseorang berambisi menjadi pemimpin.

Merindu Pemimpin Idaman

Berbeda dengan sistem islam, Tujuan kepemimpinan adalah untuk mewujudkan kehidupan rakyat yang adil, makmur,sejahtera lahir-batin serta memperoleh ridha Allah swt. Tujuan tersebut mustahil tercapai jika masing-masing fihak tidak memahami fungsi dan tugas masing masing. Pemimpin wajib melayani,mengayomi dan menyanyangi rakyat setulus hati. Sebab pemimpin pada hakekatnya adalah pelayan rakyat. Dan rakyat wajib mentaati pemimpin selama tidak bermaksiat.

Untuk bisa maksimal melayani rakyat, pemimpin harus sedekat mungkin dengan rakyatnya. ‘Incognito’ menjadi agenda yang tidak bisa dibatasi waktu dan tempat lagi. Kapan rakyat butuh disitu pemimpin harus ada. Luasnya wilayah  tidak bisa menjadi alasan kepentingan rakyat terabaikan. Pemimpin tertinggi bisa mendelegasikan orang yang ditunjuk untuk melakukan ‘incognito’. Ibnul Muqoffa dalam kitab al Adabul Kabir wa Adabush Shaghir menyebutkan pilar penting yang harus diketahui pemimpin:” Tanggung jawab kepemimpinan merupakan sebuah bala’ yang besar. Seorang pemimpin harus memiliki empat kreteria yang merupakan pilar dan rukun kepemimpinan, yang darinya kepemimpinan akan tegak; tepat dalam memilih, keberanian dalam bertindak, pengawasan yang ketat, dan keberanian dalam menjalankan hukum”.  Pemimpin harus selalu mengawasi bawahan dan rakyatnya, selalu menanyakan keadaan, sehingga keadaan rakyat tidak samar lagi baginya. Dan ini bisa dengan cara sesering mungkin berinteraksi dan mengunjunginya.

Pemimpin yang baik peka akan nasib rakyat dan mau berbagi bersama rakyatnya baik suka maupun duka. Ia sadar bahwa rakyat menjadi tanggung jawabnya baik di dunia maupun di akhirat kelak. Jangan sampai ada rakyat yang merasa tidak terlayani hak haknya. Semua kebutuhan rakyat pada dasarnya menjadi kewajiban pemimpin untuk menyediakan. Teladan agung dari pemimpin yang bisa kita ambil adalah kholifah Umar bin Khathab ra yang sering blusukan malam hari untuk mencari tahu apa yang menjadi kebutuhan rakyatnya. Bukan manusia saja yang beliau perhatikan hak-haknya,  Keledai-pun ,simbol  binatang paling dungupun beliau berusaha penuhi haknya.

BACA JUGA Dakwah ‘Salah Alamat’

Kholifah  Umar bin Khattab ra yang terkenal tegas dan tegar dalam memimpin kaum muslimin tiba-tiba menangis, dan kelihatan sangat terpukul. Ajudannya menginformasikan peristiwa yang terjadi di tanah Iraq telah membuatnya sedih dan gelisah. Seekor keledai tergelincir kakinya dan jatuh ke jurang akibat jalan yang dilewati rusak dan berlobang. Melihat kesedihan khlalifahnya, sang ajudan pun berkata: “Wahai Amirul Mukminin, bukankah yang mati hanya seekor keledai?” dengan nada serius dan wajah menahan marah Umar bin Khattab bekata: “Apakah engkau sanggup menjawab di hadapan Allah ketika ditanya tentang apa yang telah engkau lakukan ketika memimpin rakyatmu?” Dalam redaksi lain Umar bin Khattab ra berkata, “Seandainya seekor keledai terperosok di Kota Baghdad karena jalanan rusak, aku sangat khawatir karena pasti akan ditanya oleh Allah Ta’ala, ‘Mengapa kamu tidak meratakan jalan untuknya?’. Itulah contoh ‘incognito’ atau blusukan pemimpin yang bebas dari pencitraan dan kepentingan pribadi , dan itu terjadi  ketika  sistem islam dalam bingkai Khilafah ar Rosyidah diterapkan. Sungguh kami rindu pemimpin yang suka blusukan murni.Wallahu a’lam bish showab. [dm]

***
Oleh: Suhari Rofaul Haq (Praktisi Pendidikan dan Politik)




Sumber : Harian Publik - Rindu Kami Pada Pemimpin yang Suka 'Blusukan'

0 Response to "Rindu Kami Pada Pemimpin yang Suka 'Blusukan'"

Posting Komentar