TOP-LEFT ADS

Yogyakarta Konsumsi Daging Anjing Lebih Besar Dibanding Jakarta, Diliput Media Internasional


Harianpublik.com~ Media luar negeri worldofbuzz.com memberikan peringatan pada pembacanya.

Khususnya pecinta binatang, terkait salah satu pola makan beberapa warga Indonesia, yaitu menjadikan anjing sebagai bahan makanan.

Menurut NY Times, kebutuhan akan konsumsi daging anjing meningkat di beberapa daerah di Indonesia.

Alasan menjadikan anjing sebagai bahan makanan ialah karena perkembangan ekonomi di Indonesia.

Disebutkan bahwa banyak warga negara Indonesia yang terlalu miskin untuk membeli daging sapi.

Tapi, daging anjing dan bahkan kucing masih sanggup mereka beli.

Seorang peneliti perlindungan hewan dan juga seorang analis, Brad Anthony, berkata:

“Dari sisi kepraktisan serta agrikultur, mengembangkan anjing dan kucing tak butuh lahan yang luas seperti sapi. Selain itu, biayanya pun lebih murah.

Kondisi ini yang menjadi motivasi bagi para produser dan juga konsumen.”

Dr. Eric Brum, yang bekerja di Indonesia selama 9 tahun, berkata, “Hal ini tidak hanya terjadi di Indonesia, tapi di seluruh Asia Tenggara juga.”

Populernya daging anjing di berbagai kalangan di beberapa daerah di Indonesia tidak hanya didasari pada masalah ekonomi, tapi juga kesehatan.

Seorang konsumen, Parlin Sitio, mengkonsumsi rica-rica anjing setidaknya sekali dalam seminggu.

Ia berkata, “Rasanya enak, dan bisa membuat badan hangat dan aliran darah lancar.”

Indonesia yang didominasi muslim, memang mengharamkan memakan daging anjing.

Tapi secara hukum, tidak ada larangan untuk mengkonsumsi hewan bertaring ini.

Maka, industri daging anjing tetap berkembang di beberapa daerah di Indonesia, terutama di Bali, dimana penduduknya mayoritas beragama Hindu.

Tidak mengherankan banyak yang mengkonsumsi daging anjing, karena di Yogjakarta, satu porsi nasi dan olahan anjing hanya seharga 8 ribu rupiah, menurut worldofbuzz.com.

“Dalam investigasi kami, 60 persen pelanggan adalah wanita Bali yang merasa daging anjinglah protein yang paling murah.

Mereka percaya bahwa mengkonsumsi anjing hitam bisa mengobati asma, bahkan penyakit lain,” ungkap Janice Girardi, pemilik asosiasi kesejahteraan hewan di Bali.

Mereka juga memperkirakan sekitar 70 ribu anjing dibunuh dan dimakan di Bali setiap tahunnya.

Yogyakarta mengkonsumi sekitar 215 anjing perhari, setidaknya dua hingga tiga kali lebih banyak dibanding Jakarta.

Stok didapatkan dari daerah di Jawa, dimana ada orang-orang tertentu yang mengumpulkan anjing liar dan bahkan menculik hewan peliharaan untuk dibunuh keesokan harinya.

Tidak ada statistik resmi terkait konsumsi daging anjing.

Namun, pemilik restoran, tukang jagal, peneliti, dan advokat binatang percaya bahwa jumlah anjing yang dibunuh untuk dikonsumsi memang meningkat.

Hal ini berarti, pembunuhan, distribusi, penjualan, dan konsumsi daging anjing tidak terkendali, meskipun anjing bukanlah bahan makanan yang sebenarnya.

Anjing dibunuh dengan memukul kepalanya dengan tongkat kayu, dan tenggorokan ditusuk hingga darah mengalir ke dagingnya.

Tidak ada statistik resmi terkait konsumsi daging anjing.

Namun, pemilik restoran, tukang jagal, peneliti, dan advokat binatang percaya bahwa jumlah anjing yang dibunuh untuk dikonsumsi memang meningkat.

Hal ini berarti, pembunuhan, distribusi, penjualan, dan konsumsi daging anjing tidak terkendali, meskipun anjing bukanlah bahan makanan yang sebenarnya.

Anjing dibunuh dengan memukul kepalanya dengan tongkat kayu, dan tenggorokan ditusuk hingga darah mengalir ke dagingnya.
ADA BERITA UNIK DAN MENARIK SCROLL KE BAWAH
Sumber Berita : Tribunnews.com




Sumber : Harian Publik - Yogyakarta Konsumsi Daging Anjing Lebih Besar Dibanding Jakarta, Diliput Media Internasional

Related Posts :

0 Response to "Yogyakarta Konsumsi Daging Anjing Lebih Besar Dibanding Jakarta, Diliput Media Internasional"

Posting Komentar