TOP-LEFT ADS

DPR OGAH DISEBUT LEMBAGA TERKORUP Tapi Kerjaanya Korupsi.



Harianpublik.com - Anggota Komisi VI DPR Nasim Khan ogah lembaganya disebut sebagai paling ko­rup meski banyak anggota Dewan yang ditangkap KPK. Dia justru menyalahkan sikap sebagian pejabat pemerin­tah yang dianggapnya sering menggoda Dewan untuk me­muluskan sebuah proyek.

Politisi PKB ini mengaku kerap mendapat godaan dari mitra kerja Komisi VI untuk menggolkan proyek tertentu. Kalau diturutin, godaan terse­but tentu bisa berujung kasus korupsi. Dia pun mengklaim tak pernah menurutinya.

"Kalau (godaan) itu pasti. Cuma kami di DPR tentunya ingin mengawasi agar semua sistem bisa berjalan dengan baik. Kalau itu baik, ayo kita kawal bersama. Cuma kadang ekse­kutif ini biasa jalan sendiri tanpa lihat undang-undang, ini kan kita tidak inginkan. Makanya harus sinergi," ucapnya.

Untuk itu, dia meminta masyarakat dan LSM tidak lang­sung memvonis Dewan dan melabeli dengan cap buruk. Dia pun mengklaim, masih banyak anggota Dewan yang idealis dan benar-benar bekerja untuk rakyat.

Nasim merasa, selama ini LSM selalu menyudutkan DPR. Para LSM itu melarang DPR mendapatkan fasilitas lebih. Kemudian, saat mun­cul kasus korupsi, para LSM menganggap seolah-olah se­mua anggota Dewan kotor.

"Dulu, saat ada kenaikan tunjangan DPR buat uang muka pembelian mobil, para LSM itu begitu vokal. Sementara, saat ada pengadaan mobil dinas baru mulai dari pejabat eselon I sampai ke bawah, LSM sekarang banyak diam?" herannya.

Dia pun meminta para LSM dan masyarakat umum bisa berpikir lebih objektif tanpa harus mengerdilkan DPR. Nasim pun berjanji akan selalu berupaya memperjuangkan agar kebijakan yang diambil pemerintah dapat memberikan rasa nyaman, aman, dan da­pat meningkatkan kemampuan ekonomi masyarakat.

"Kita semua harus objektif, berpikir cerdas. Toh DPR juga lakukan perbaikan di internal, tapi eksekutif juga begitu. Baru kita bersinergi. Kalau mau jalan sendiri-sendiri demi kepentingan sesaat, pendek, hancur negara kita. Segalanya harus berpikiran panjang ke depan. Karena, apa pun yang kita tanam akan dituai generasi kita berikutnya," ucapnya.

Dia juga menyalahkan pe­merintah atas karut-marut yang terjadi selama ini. Kata dia, karut-marut itu tidak lepas dari sikap pemerintah yang terkadang enggan untuk diawasi DPR.

"Semua lembaga tentunya berkeinginan untuk memaju­kan bangsa. Untuk mewujud­kan itu, semua elemen bangsa harus berpikiran objektif, ra­sional, dan kreatif. Tapi, jujur fungsi di parlemen kita ini kadang tertutup oleh lembaga-lembaga eksekutif yang tak mau diawasi," tandasnya.

Sebelumnya, dalam survei Global Corruption Barometer (GCB) yang disusun Transparency International disebut­kan bahwa sebagian besar masyarakat menempatkan DPR di peringkat pertama lembaga negara yang paling korup. Peringat kedua ditem­pati birokrasi pemerintah dan ketiga oleh DPRD.

Anggota Komisi VI DPR Nasim Khan ogah lembaganya disebut sebagai paling ko­rup meski banyak anggota Dewan yang ditangkap KPK. Dia justru menyalahkan sikap sebagian pejabat pemerin­tah yang dianggapnya sering menggoda Dewan untuk me­muluskan sebuah proyek.

Politisi PKB ini mengaku kerap mendapat godaan dari mitra kerja Komisi VI untuk menggolkan proyek tertentu. Kalau diturutin, godaan terse­but tentu bisa berujung kasus korupsi. Dia pun mengklaim tak pernah menurutinya.

"Kalau (godaan) itu pasti. Cuma kami di DPR tentunya ingin mengawasi agar semua sistem bisa berjalan dengan baik. Kalau itu baik, ayo kita kawal bersama. Cuma kadang ekse­kutif ini biasa jalan sendiri tanpa lihat undang-undang, ini kan kita tidak inginkan. Makanya harus sinergi," ucapnya.

Untuk itu, dia meminta masyarakat dan LSM tidak lang­sung memvonis Dewan dan melabeli dengan cap buruk. Dia pun mengklaim, masih banyak anggota Dewan yang idealis dan benar-benar bekerja untuk rakyat.

Nasim merasa, selama ini LSM selalu menyudutkan DPR. Para LSM itu melarang DPR mendapatkan fasilitas lebih. Kemudian, saat mun­cul kasus korupsi, para LSM menganggap seolah-olah se­mua anggota Dewan kotor.

"Dulu, saat ada kenaikan tunjangan DPR buat uang muka pembelian mobil, para LSM itu begitu vokal. Sementara, saat ada pengadaan mobil dinas baru mulai dari pejabat eselon I sampai ke bawah, LSM sekarang banyak diam?" herannya.

Dia pun meminta para LSM dan masyarakat umum bisa berpikir lebih objektif tanpa harus mengerdilkan DPR. Nasim pun berjanji akan selalu berupaya memperjuangkan agar kebijakan yang diambil pemerintah dapat memberikan rasa nyaman, aman, dan da­pat meningkatkan kemampuan ekonomi masyarakat.

"Kita semua harus objektif, berpikir cerdas. Toh DPR juga lakukan perbaikan di internal, tapi eksekutif juga begitu. Baru kita bersinergi. Kalau mau jalan sendiri-sendiri demi kepentingan sesaat, pendek, hancur negara kita. Segalanya harus berpikiran panjang ke depan. Karena, apa pun yang kita tanam akan dituai generasi kita berikutnya," ucapnya.

Dia juga menyalahkan pe­merintah atas karut-marut yang terjadi selama ini. Kata dia, karut-marut itu tidak lepas dari sikap pemerintah yang terkadang enggan untuk diawasi DPR.

"Semua lembaga tentunya berkeinginan untuk memaju­kan bangsa. Untuk mewujud­kan itu, semua elemen bangsa harus berpikiran objektif, ra­sional, dan kreatif. Tapi, jujur fungsi di parlemen kita ini kadang tertutup oleh lembaga-lembaga eksekutif yang tak mau diawasi," tandasnya.

Sebelumnya, dalam survei Global Corruption Barometer (GCB) yang disusun Transparency International disebut­kan bahwa sebagian besar masyarakat menempatkan DPR di peringkat pertama lembaga negara yang paling korup. Peringat kedua ditem­pati birokrasi pemerintah dan ketiga oleh DPRD. [Mediaislam.org/rmol]



Sumber : Harian Publik - DPR OGAH DISEBUT LEMBAGA TERKORUP Tapi Kerjaanya Korupsi.

0 Response to "DPR OGAH DISEBUT LEMBAGA TERKORUP Tapi Kerjaanya Korupsi."

Posting Komentar